Pernakah kamu membayangkan seperti apa versi terbaik dari dirimu? Mungkin kamu membayangkan pribadi yang lebih sehat, lebih disiplin, lebih produktif, atau lebih tenang dalam menghadapi hidup. Kabar baiknya, semua itu bukanlah hal yang mustahil untuk terjadi dan kuncinya ada pada satu hal sederhana yaitu Kebiasaan.
Kita adalah hasil dari apa yang kita lakukan setiap hari. Bukan perubahan besar yang merubah kita dalam semalam dan membentuk kita, tapi langkah kecil yang dilakukan secara konsisten. Ditulisan kali ini aku ingin membagikan sedikit pengalaman aku tentang bagaimana kita bisa membangun versi terbaik dari diri kita.
Siapapun yang punya masa lalu kelam pasti tidak ingin mengulanginya lagi. Itu fakta dan benar tidak akan ada satu manusia pun didunia ini yang ingin mengulangi kesalahannya dimasa lalu. Tidak hanya dirinya tapi juga keturunannya.
Ini cerita pengalaman pribadiku bertemu dengan versi terbaik diriku dengan belajar banyak hal dari masa lalu. Dulu aku bukanlah orang yang senang menampilkan diri, terlihat di media sosial banyak bicara dengan kalimat yang terlihat bijak, bukan orang yang senang beradaptasi dengan lingkungan baru, bukan orang yang senang berteman dengan banyak orang. Bukan orang yang senang mencoba banyak hal baru. Itu aku dimasa lalu.
Sampai akhirnya aku ditempa dengan banyak hal dilingkunganku. Pekerjaan yang menuntutku harus pandai berkomunikasi, pandai memetakan pekerjaan, pandai mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dan bagiku yang dulu senang dengan kehidupan flat, bisa melakukan hal itu adalah sesuatu yang mustahil.
Sebagai contoh, aku bukanlah orang yang morning person. Bukan orang yang bangun lebih awal kemudian melakukan berbagai kegiatan seperti ikut kelas di jam 6 pagi, bersih-bersih rumah, anabul, kamar dan lain-lain. Setelah itu lanjut berangkat kerja.
Hingga akhirnya aku sampai disatu titik yang dimana ternyata kesalahanku dimasa lalu adalah jalan untuk aku menjadi lebih baik lagi dimasa depan. Aku memahami bahwa setiap manusia telah dianugerahi potensi didalam dirinya, ada banyak potensi, dan tugas manusia adalah menggali potensi itu satu persatu.
Dulu aku bukan morning person, sekarang aku berpikir "kenapa bukan sejak dulu aku memahami ini semua". Tapi itulah masa lalu, bagiku masa lalu itu bukan untuk dilupakan tapi untuk kembali dipelajari, dipahami, mana titik yang kita tidak boleh mengulangi kembali kejadian tersebut.
Mungkin aku dulu bukan orang yang morning person tapi sekarang aku sedang mengupayakan untuk menjadi seorang morning person yang senantiasa dipenuhi dengan aktivitas bermanfaat.
Seperti diawal bahwa aku bukanlah orang yang morning person. Aku masih sering bangun kesiangan, bangun yang diambil pertama kali adalah hp. Tidak punya morning routine dan itu membuat aku tidak mendapatkan ketenangan sama sekali. Bahkan dulu aku bisa menjadi orang yang selalu ingin marah, meledak, apalagi jika ada hal yang tidak sesuai dengan inginku. Ternyata bangun pagi itu sangat mempengaruhi aktivitas kita selama sehari penuh.
Karena merasa tidak mendapatkan ketenangan, akhirnya aku berani mencoba untuk bangun lebih awal. Saat bangun yang kuambil pertama kali bukanlah gadget tapi bergegas ke toilet untuk siap-siap sholat subuh, tilawah, dzikir pagi, dan belajar. Ternyata tidak mudah, aku sampai kalah berkali-kali.
Meskipun kalah tapi aku tidak lantas untuk berhenti karena sangat menyenangkan saat aku mendapatkan kenikmatan bangun lebih awal dengan berbagai aktivitas yang sangat bermanfaat.
Tidak ada kebiasaan yang bisa terbentuk secara instan, mie instan pun saat dibuat harus melewati fase masak, mendidih, tiriskan, beri bumbu dan yang terakhir dimakan. Kebiasaan juga seperti itu, kita harus mengulang berkali-kali. Dari buku How To Master Your Habits karya ust. Felix Siauw, beliau menjelaskan bahwa kebiasaan itu bisa bertahan saat kita melakukan pengulangan (repitisi) selama 30 & 40 hari.
Saat membaca penjelasan tersebut aku berpikir, sepertinya aku tidak akan bisa sampai dititik bisa melakukan hal tersebut, apalagi mengulangi kebiasaan yang sama selama 40 hari penuh.
Tapi kuncinya adalah MULAI..
Siapapun yang memulai akan mendapatkan hasil yang berbeda dari orang yang tidak memulai sama sekali.
Sebagai seorang pemula, aku terlalu semangat dalam memulai suatu kebiasaan. Tidak jarang aku burnout karena merasa tidak mendapatkan apa-apa dari kebiasaan yang sedang berjalan. Merasa kosong bahkan niat yang cenderung berbalik arah.
Setelah memahami konsepnya, ternyata aku hanya perlu untuk memulai dari hal yang paling sederhana. Seperti saat bangun tidur bukan lagi meraih handphone tapi bergegas sholat atau mandi. Meskipun kebiasaan ini terbilang sangat sederhana tapi dari situ kita akan merasakan satu perbedaan yang sangat luar biasa.
Aku pribadi pernah mencoba menjadi morning person, sebelum tidur semua kurancang dengan apik untuk eksekusi dipagi hari. Namun ternyata satupun tidak ada yang berjalan bahkan aku jadi orang yang sangat malas dan memilih tidur diwaktu pagi.
Sejak kejadian itu aku semakin belajar bahwa membentuk kebiasaan itu harus mulai dari hal paling sederhana. Maksimal menerapkan satu atau dua kebiasaan saja, kemudian ulang sampai 30-40 hari. Saat kebiasaan itu sudah menjadi rutinitas, coba ganti dengan kebiasaan lainnya, seperti menjaga wudhu. Bagi seorang muslim menjaga wudhu itu bukanlah hal yang sangat besar tapi percaya bahwa ada banyak keutamaan bagi siapa saja yang menjaga wudhunya.
Ulang sampai 30-40 hari dan saat sudah terbentuk rutinitas lanjut untuk membentuk kebiasaan baik lainnya. Terdengar sangat mudah saat diucapkan tapi saat proses penerapan semua itu bukan lagi menjadi hal yang mudah. Untuk menjaganya agar tetap konsisten pun sulit.
Satu pengalaman menarik yang ingin kubagikan. Seperti di paragraf awal, bahwa aku bukanlah morning person yang baik, sampai ada satu waktu yang menuntutku untuk memulai hari lebih pagi. Jadwal kajian di jam 6 pagi secara tidak langsung memintaku harus bangun lebih awal seperti jam 4 atau jam 3.30 pagi. Bangun untuk siap-siap, mandi, bersih-bersih dan lainnya. Bangun lebih pagi agar tidak ada pekerjaan rumah yang terlewat.
Hingga akhirnya hal itu membuat aku sedikit mulai terbiasa bangun lebih awal. Untuk bangun lebih awal, memang hal yang sulit, terkadang aku harus menyalakan 3 alarm dari 3 device yang berbeda kemudian meletakkannya di tempat yang sulit untuk kujangkau.
Terdengar lucu, awalnya aku pribadi bingung harus melakukan apalagi agar bisa bangun lebih awal. Kalau kata orang tidur lebih awal, saat aku mencoba ternyata sama saja. Aku tetap belum bisa bangun lebih awal.
Terkadang kita perlu memahami hal-hal yang menjadi penghalang kita untuk memulai kebiasaan baru. Pahami, kemudian perhatikan penghalangnya dan cari solusinya. Kita bisa mencoba banyak solusi jika satu solusi tidak dapat menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi.
Setiap orang punya versi terbaiknya masing-masing.
Dan percayalah untuk bertemu dengan versi terbaik itu kita perlu mengorbankan banyak hal, waktu tidur yang panjang, waktu istirahat, waktu bersantai. Karena versi terbaik itu tidak akan datang begitu saja. Bagaikan mencari jarum didalam tumpukan jerami, harus teliti, mengulang pencarian, melihat dengan seksama, hingga bisa menemukannya.
Untuk aku pribadi, banyak sekali hal baru yang ingin kucoba, banyak hal baru yang membuatku penasaran bagaimana jika aku mencobanya. Tapi hal yang aku garis bawahi adalah coba sedikit demi sedikit, seperti diparagraf sebelumnya. Memulai kebiasaan baru itu tidak harus maju ke kebiasaan paling luar biasa, kita bisa mulai dari yang paling sederhana atau bahkan hal yang paling remeh menurut banyak orang.
Dengan begitu kita akan bisa membangun versi terbaik diri kita yang sebenarnya.
Posting Komentar