Mulai dengan Membangun Personal Branding

Sebelum memulai untuk nulis kemarin, aku sempat mengalami kebingungan dan dilema saat menentukan nama blog yang sesuai karakterku. Sempat menggunakan…
Mulai dengan Membangun Personal Branding

Isi Kepala Eps. 2: Banting Stirr Nggak Tuh?

Menjadi seorang creator video ternyata tidak semudah yang kubayangkan dulu. Aku sekarang berprofesi sebagai creator video di tempatku bekerja, jujur untuk sampai di tahap ini pun menurutku hanya sebuah kesempatan yang Allah beri untuk aku bisa mengasah skill yang kupunya. Dan kalau misal ada yang tanya dulu aku kuliah jurusan apa? dengan semangat aku akan menjawab AKUNTANSI. Sebuah jurusan yang berbanding terbalik dengan pekerjaanku sekarang


Aku pengen sedikit cerita, tentang gimana caranya aku sampai di tahap menjadi seorang creator video sedangkan aku seorang dengan lulusan Akuntansi. 


Ini Pekerjaaku Sebelumnya : Ticketing Travel Agency

Sebelumnya aku pernah bekerja di sebuah travel sebagai ticketing, orang yang mengurusi perjalanan orang yang ingin keluar kota, ntah mengatur jadwal berangkat atau mengurusi hotel yang akan di tempati. Aku bekerja di travel itu sejak tahun 2017 hingga akhirnya wabah covid menyerang. Saat itu kantorku mulai memberlakukan WFH (work from home), jenuh dan agak dilematis karena literally nggak bisa keluar rumah. Ternyata usaha travel milik bosku tidak berjalan baik selama covid, beliau harus gulung tikar karena bisnis travel tidak lagi bisa diandalkan saat itu.


Kemudian karena pimpinan ku adalah orang yang sangat bijaksana dan peduli dengan semua karyawannya, kami satu per satu di geser ke tempat lain, ntah di toko usaha milik iparnya atau milik suaminya. Akupun termasuk didalamnya. Aku di geser masuk ke usaha milik suami beliau sebagai seorang kasir dan saat itu memang aku masih dalam proses kuliah.


Awalnya aku agak takut karena aku sudah pernah ngomong ke diriku sendiri bahwa pekerjaan yang aku paling anti didalamnya adalah menjadi seorang kasir karena aku tahu resiko yang akan kuterima jauh lebih besar. Tapi karena saat itu kondisi memang sedang tidak memungkinkan dan aku yakin diluar sana juga banyak orang yang mau bekerja tapi banyak lapangan kerja yang tidak tersedia karena kondisi pasca wabah covid.


Menjadi seorang kasir ternyata sedikit membuatku lebih aware karena aku memengang uang yang bukan milikku. Dengan penuh kesadaran dan terus berdzikir, kenapa? Tahu kan kalau uang bisa merubah manusia yang awalnya baik menjadi tidak baik. Dengan kata lain semua orang pasti akan tergiur dengan yang namanya uang di kondisi hari ini.


Cukup lama menjadi kasir hingga akhirnya ada satu moment dimana suami pimpinanku yang dulu di travel (pimpinanku sekarang tempatku bekerja) melihat konten-konten yang kusebar di media sosial (Instagram). Takjub, itu yang dia sampaikan karena beliau ini seorang yang sangat senang dengan orang yang mau berkembang, melihat kemampuanku dia cukup bangga. Padahal buatku itu sesuatu yang biasa aja yang semua orang bisa kok ngelakuin. 


Tidak berselang lama pimpinan mengajak kami seluruh karyawan untuk meeting membahas terkait penjualan yang menurun. Beliau meminta masukan kepada kami karyawannya untuk memberi ide agar penjualan meningkat, aku memberanikan diri untuk mengacuhkan tangan dan menawarkan usulan. Usulan yang kuberikan adalah dengan membuat sebuah konten ntah itu foto atau video, hal ini untuk menarik customer


Awalnya banyak yang tidak suka dengan usulanku, ntah apa yang ada di kepala teman-temanku, tapi dari sisi pimpinanku malah menerima dengan senang hati, bahkan beliau bertanya bagaimana untuk proses pembuatan videonya. Yahh dengan senang hati aku menawarkan diri untuk ikut membantu meskipun saat itu aku harus menyambi pekerjaan, sebagai kasir dan juga creator video, jujur itu berat banget buat aku tapi karena aku sadar bahwa usulan itu dari mulutku mau atau tidak mau aku harus bisa mempertanggungjawabkan apa yang sudah kukatakan.


Awal Mula Hobi Menjadi Pekerjaan 

Dalam proses editing pun aku menjelaskan dengan lantang ke pimpinanku bahwa aku tidak begitu professional dalam mengedit video tapi beliau dengan sangat bangga berkata “tidak apa, kita belajar sama-sama”.


Singkat cerita dari situ akhirnya pimpinanku kepikiran untuk memperdalam lagi kemampuanku dengan mencari kasir pengganti untuk aku saat itu. Mungkin beliau berpikir sulit jika yang dicari adalah orang yang professional dalam create video dibandingkan mencari seorang kasir. Dari situlah aku mulai menjadi creator video hingga hari ini.


Aku jadi ingat banget sama channel youtube yang beliau buat ini sebelum ada video-video review product didalamnya, subscribernya hanya 700-an. Tapi alhamdulillah sekarang sudah mencapai 8000-an subscriber dengan beberapa juta viewers. Aku nggak mau ngomong semua itu karena aku, karena aku dengan kesadaranku yakin bahwa semua itu atas bantuan Allah. Aku sebagai manusia hanya bisa bergerak diranah yang aku bisa.


Sejak hari itu hingga sekarang aku akhirnya menjadi seorang creator video dadakan. Aku sebutnya dadakan karena jujur sebelumnya aku bahkan nggak pernah ikut kelas editing video, kerjaanku itu cuman sekedar iseng nyari-nyari tutorial kemudian mencoba untuk menerapkan, untuk dikatakan seorang professional pun kayaknya belum dehh karena aku masih yang benar-benar dasar banget. Tapi begitulah, selama jadi creator video aku jadi berani untuk belajar hal baru, berani untuk explore apa-apa yang mungkin bisa kulakukan.


Dari ceritaku ternyata kita bisa memetik hikmah, bahwa jangan pernah pesimis dengan kemampuan yang kita miliki. Rasa takut pasti ada, sama seperti aku yang pertama kali mencoba untuk menjadi seorang creator video, bahkan saking takutnya aku jika pimpinanku menaruh ekspektasi yang berlebihan terhadap bakatku, waktu itu aku sampaikan secara terbuka kepada beliau bahwa aku juga masih belajar. 


Untuk ngomong itupun kepalaku penuh dengan overthinking, aku takut dinilai yang tidak baik sama pimpinanku jika aku mengatakan itu. Tapi yah balik lagi, aku nggak mau sampai beliau sudah menaruh ekspekatasi tinggi sedangkan aku nggak seperti apa yang beliau ekspektasikan.

Tidak Berbangga Diri Atas Apa yang Dimiliki

Kalau ditanya apakah setelah melewati fase itu aku akhirnya berbangga diri dengan apa yang aku miliki? Jawabannya TIDAK. Setiap hari, sebelum memulai bekerja aku terus berdzikir, atau paling tidak aku mencoba untuk terus mengingat Allah, biar aku nggak over dalam membanggakan diri sendiri. Ini yang sulit, karena manusia itu jika dihadapkan sama pujian dia akan mudah untuk terbuai, bisa sampai lupa diri. Kalau kata orang seperti kacang yang lupa kulitnya, dan aku nggak mau seperti itu, aku nggak mau jatuh dalam penyakit Ujub.


Ujub ini salah satu sifat yang paling Allah benci, dan tahukan kalau Allah itu bisa aja mengambil semua apa yang kita miliki, dalam hitungan detik, menit, jam, dan yakin kita nggak bisa apa-apa kalau Allah yang mengambil semuanya. Kita mungkin cuman bisa gigit jari atau yang lebih parah menyalahkan orang lain atas kesalahan yang sudah kita lakukan.


Kalau ingat-ingat kembali perjalananku bisa kerja sesuai dengan apa yang aku suka, ternyata nggak mudah, untuk sampai dititik ini aku bahkan bisa dibilang berjuang meskipun belum yang gimana banget sihh perjuangannya. Karena kalau mengingat kembali masa-masa aku ditunjuk untuk posisi ini banyak banget yang nggak suka, menganggap kalau kerjaanku itu adalah kerjaan termudah dari mereka-mereka.


Menganggap kerjaanku itu bisa diselesaikan dengan tutup mata, bisa rebahan, intinya pekerjaan yang nggak perlu keringat didalamnya. Karena memang kondisinya, pimpinan memberiku ruang kerja sendiri yang tidak bercampur dengan yang lain. Aku berasumsi, mungkin beliau paham bahwa apa yang kukerjakan bukan berhubungan dengan otot tapi otak, mesti mikir ide, buat script dan lain-lain. Dan yahh benar, jika kondisinya aku digabung dengan teman-temanku yang lain besar kemungkinan kerjaanku tidak akan ada yang selesai.


Beberapa teman bahkan pernah melayangkan fitnah kepadaku, sempat down dan kepikiran untuk resign (sabarku masih setipis tissue). Balik lagi, kalau pekerjaan ini kuniatkan untuk mendapat ridho Allah dengan membantu kedua orangtuaku harusnya fitnah-fitnah itu tidak menggoyahkan semangatku. Apalagi semua yang mereka katakana tidak benar. Inilah kehidupan, jika sandaran manusia itu bukan karena penciptanya sudah pastilah dia goyah atau bahkan runtuh dan memilih untuk mundur. Karena dimana pun kita berada, pasti kita akan bertemu dengan krikil-krikil yang akan menjadi ujian hidup.


Mungkin kesan tulisanku ini seperti curcol, tapi insya Allah bisa dipetik hikmahnya. Semua yang aku lalui, dari terjatuh, kemudian bangkit, jatuh lagi, bangkit lagi, semua itu sudah menjadi ketetapanNya. Dan aku selalu yakin bahwa apa yang Allah berikan sudah pasti terbaik untukku.

Segitu aja dulu, see you di episode selanjutnya byeee

4 komentar

  1. Quote of the day : "Inilah kehidupan, jika sandaran manusia itu bukan karena penciptanya sudah pastilah dia goyah atau bahkan runtuh dan memilih untuk mundur."

    Reminder yg sangat menyentuh hati🤍
    Jazaakillahu khoir✨

    BalasHapus
  2. "Kalau untuk mendapatkan ridho Allah melalui orang tua, seharusnya fitnah² itu tdk menggoyahkan semangatku" MASYAALLAH 😭😭

    BalasHapus